Jumat, 28 Oktober 2016

SEJARAH SENI WAYANG GOLEK

Seni wayang golek yang berkembang di wilayah Jawa bagian barat, konon merupakan hasil modernisasi dari wayang kulit. Ini dilakukan,  wayang kulit yang selalu dipertontonkan pada waktu malam hari dan para penonton hanya bisa melihat bayangannya saja.

Pertamakali yang memperkenalkan wayang golek adalah Sunan Kudus (kira-kira tahun 1583) di Jawa Tengah.  Kesenian wayang golek ini digunakan Sunan Kudus untuk syiar atau penyebaran agama Islam kepada masyarakat.

Beliau melakukan inovasi dan improvisasi yang terinspirasi dari keterbatasan waktu pementasan dapat dilakukan pada siang hari maka dibuatlah wayang golek dengan segala bentuknya yang nyata. Dengan berubahnya bentuk tersebut maka pementasan wayang dapat dilakukan siang hari.

Daerah yang pertamakali melakukan pementasan wayang golek adalah Cirebon dengan berkembangnya Islam ke Jawa bagian barat. Di Crebon dikenal dengan sebutan wayang golek purwa maupun wayang golek cepak. Kala itu, Sunan Gunung Djati yang merupakan salah satu Wali Sanga ditunjuk dan ditugaskan menyebarkan Islam di wilayah Cirebon. Beliau pun meniru para sunan lainnya dengan menggunakan seni wayang untuk penyebaran agama Islam dengan penuh rasa cinta damai.

Lalu setelah dibukanya Jalan Raya Pos (Groote Postweg) yang dibangun Daendels pada (1808-1811), yang melintas kawasan Cirebon - Sumedang dan Bandung, maka wayang golek mulai memasuki daerah Priangan. Sehingga seni wayang golek pun menjadi salah satu kesenian khas Jawa Barat.

Wayang golek pada saat itu mempunyai peranan sebagai hiburan, penebaran dan pengajaran agama Islam. Peranan para wali disini merubah cerita-cerita Hindu kedalam cerita-cerita Islam. Sampai saat ini peranan wayang golek dari dulu tidak pernah berubah. Pada intinya semua cerita mengajarkan kepada penonton tentang perilaku salah dan benar dalam kehidupan manusia di dunia.

Walau pertunjukan wayang golek dalam pengemasannya dari jaman dahulu sampai sekarang mengalami perubahan,tetapi intisari dan pagelaran wayang golek itu tidak pernah berubah.

Pada jaman Hindia Belanda, untuk menghindari pencekalan dan berbenturan dengan penguasa pada saat itu,dalang selalu menyimbolkan pengajaran-pengajarannya kedalam sesuatu hal yang wajar dan tidak diketahui artinya oleh pemerintahan Belanda. Hal ini terbukti sampai sekarang dan efektif menjadi jalan bagi penyebaran agama Islam di Jawa-Barat.

Dalam cerita pewayangan ada tiga global cerita yang ditampilkan oleh seorang wayang. Cerita tersebut adalah cerita Babad Lokapala,Cerita Ramayana(sebagai tokoh jahat) mengalami kekalahan dan cerita Mahabrata yaitu menceritakan tentang keluarga besar Pandawa dan Kurawa.
Komponen pendukung dalam pagelaran wayang golek adalah Dalang,Nayaga beserta Sindennya dan wayang goleknya itu sendiri.
Menjadi dalang tidak bisa dilakukan oleh semua orang, karena untuk seorang dalang dituntut memiliki logika, etika dan estetika. Ketiga pakem tersebut menjadi dasar seorang dalang agar pertunjukan wayang golek menjadi terasa indah untuk dilihat. Selain itu dalang juga harus sebagai penghibur, pendidik,penerang masalah agama,sutradara,dan lain-lain. Secara garis besarnya dalang merupakan sumber ilmu dan pengetahuan bagi para penonton.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar