Seni wayang golek yang
berkembang di wilayah Jawa bagian barat, konon merupakan hasil modernisasi dari
wayang kulit. Ini dilakukan, wayang
kulit yang selalu dipertontonkan pada waktu malam hari dan para penonton hanya
bisa melihat bayangannya saja.
Pertamakali yang
memperkenalkan wayang golek adalah Sunan Kudus (kira-kira tahun 1583) di Jawa
Tengah. Kesenian wayang golek ini
digunakan Sunan Kudus untuk syiar atau penyebaran agama Islam kepada
masyarakat.
Beliau melakukan inovasi dan
improvisasi yang terinspirasi dari keterbatasan waktu pementasan dapat
dilakukan pada siang hari maka dibuatlah wayang golek dengan segala bentuknya
yang nyata. Dengan berubahnya bentuk tersebut maka pementasan wayang dapat
dilakukan siang hari.
Daerah yang pertamakali
melakukan pementasan wayang golek adalah Cirebon dengan berkembangnya Islam ke
Jawa bagian barat. Di Crebon dikenal dengan sebutan wayang golek purwa maupun
wayang golek cepak. Kala itu, Sunan Gunung Djati yang merupakan salah satu Wali
Sanga ditunjuk dan ditugaskan menyebarkan Islam di wilayah Cirebon. Beliau pun
meniru para sunan lainnya dengan menggunakan seni wayang untuk penyebaran agama
Islam dengan penuh rasa cinta damai.
Lalu setelah dibukanya Jalan
Raya Pos (Groote Postweg) yang dibangun Daendels pada (1808-1811), yang
melintas kawasan Cirebon - Sumedang dan Bandung, maka wayang golek mulai
memasuki daerah Priangan. Sehingga seni wayang golek pun menjadi salah satu
kesenian khas Jawa Barat.
Wayang golek pada saat itu
mempunyai peranan sebagai hiburan, penebaran dan pengajaran agama Islam.
Peranan para wali disini merubah cerita-cerita Hindu kedalam cerita-cerita
Islam. Sampai saat ini peranan wayang golek dari dulu tidak pernah berubah.
Pada intinya semua cerita mengajarkan kepada penonton tentang perilaku salah
dan benar dalam kehidupan manusia di dunia.
Walau pertunjukan wayang
golek dalam pengemasannya dari jaman dahulu sampai sekarang mengalami
perubahan,tetapi intisari dan pagelaran wayang golek itu tidak pernah berubah.
Pada jaman Hindia Belanda,
untuk menghindari pencekalan dan berbenturan dengan penguasa pada saat
itu,dalang selalu menyimbolkan pengajaran-pengajarannya kedalam sesuatu hal
yang wajar dan tidak diketahui artinya oleh pemerintahan Belanda. Hal ini terbukti
sampai sekarang dan efektif menjadi jalan bagi penyebaran agama Islam di
Jawa-Barat.
Dalam cerita pewayangan ada
tiga global cerita yang ditampilkan oleh seorang wayang. Cerita tersebut adalah
cerita Babad Lokapala,Cerita Ramayana(sebagai tokoh jahat) mengalami kekalahan
dan cerita Mahabrata yaitu menceritakan tentang keluarga besar Pandawa dan
Kurawa.
Komponen pendukung dalam
pagelaran wayang golek adalah Dalang,Nayaga beserta Sindennya dan wayang
goleknya itu sendiri.
Menjadi dalang tidak bisa dilakukan oleh semua orang, karena untuk
seorang dalang dituntut memiliki logika, etika dan estetika. Ketiga pakem
tersebut menjadi dasar seorang dalang agar pertunjukan wayang golek menjadi
terasa indah untuk dilihat. Selain itu dalang juga harus sebagai penghibur,
pendidik,penerang masalah agama,sutradara,dan lain-lain. Secara garis besarnya
dalang merupakan sumber ilmu dan pengetahuan bagi para penonton.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar